Sepatu Bata sudah ada di Indonesia sejak 1931, dan
saya yakin anda pasti tahu merek sepatu yang satu ini. Bahkan
kalau dulu mau beli sepatu, pasti minta antar ortu ke “Bata”.
Bertahun-tahun ada di Indonesia, pasti kita semua berpikir bahwa Bata
itu adalah produk dalam negeri, tapi ternyata saya dan anda salah.
Pabrik pertama sepatu ini berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan. Jadi,
banyak orang yang mengira nama Bata diambil dari nama kawasan itu.
Menurut
informasi yang didapat dari Tempo. Merk Bata sebenarnya diambil dari
nama pendirinya, Tomas Bata, pengusaha asal Cekoslovakia. Nama Kalibata
sendiri punya sejarah lain. Konon nama itu muncul karena sungai di
kawasan itu kerap dilalui rakit pembawa batu bata dari Bogor menuju
Jakarta.
Sepatu Bata masuk ke Tanah Air sejak 1931 lewat jalur
impor, didatangkan dari Singapura (dulu Malaya). Pengimpornya adalah
perusahaan penyalur sepatu NV Nederlandsch-Indische di kawasan
pergudangan Tanjung Priok. 6 tahun kemudian, Tomas Bata, sang pemilik,
membangun pabrik raksasa di tengah-tengah perkebunan karet di Kalibata.
Banyak warga sekitar (Rawajati, Kalibata) yang turuntemurun bekerja di
Bata.
Dari sinilah bisnis sepatu Bata menyebar ke seluruh pelosok
Tanah Air. Waktu itu sepatu kulit dan karet jadi andalan. Hampir 90%
bahan baku dipasok dari dalam negeri. Bata menikmati masa jaya hingga
era 1980. Hampir semua orang yang besar di era itu pernah menjajal
sepatu ini.
Pada 24 Maret 1984, perusahaan associate dari Bata
Shoe Organization yang berpusat di Lusanne, Swiss, itu tercatat di Bursa
Efek Jakarta sebagai PT. Sepatu Bata Tbk.
Di tengah serbuan merek
sepatu yang membanjiri Tanah Air, Bata yang kini dipegang oleh generasi
ketiga, Thomas G. Bata, berusaha bertahan dengan mengedepankan kualitas
yang sudah digaungkan secara turun-temurun dan harga terjangkau. Dua
strategi ini membuat perusahaan modal asing itu tak jatuh diguncang
badai krisis ekonomi yang menghajar Indonesia pada 1997-1998.
Pada
2008 mereka memindahkan pabrik dan pusat distribusi dari Kalibata ke
Purwakarta. Bata kini mengeluarkan merek alternatif seperti North Star,
Power, Bubblegummers, dan Marie-Claire. Distribusi pemasaran terus
digenjot, dari mal besar sampai toko-toko Bata di pinggir jalan.